Evi Saptriyawati
Berdasarkan literatur dan wawancara dengan informan, pelaksanaan kenduri (hajatan)
apam dilaksanakan pada bulan Rajab, terutama pada malam 27 rajab yang diperingati sebagai perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Pada malam hari masyarakat berkumpul di meunasah, mesjid atau di rumah-rumah untuk mendengarkan riwayat Isra’ Mi’raj yang disampaikan dalam bentuk syair prosa. Mengenai latar belakang pelaksanaan kenduri apam dikemukakan oleh seorang informan sbb:
Dasar dilaksanakan kenduri apam pada mulanya ditunjukkan kepada orang laki-laki yang tidak sembahyang jumat di mesjid 3 kali berturut-turut sebagai dendanya diperintahkan membuat kue apam sebanyak 100 buah untuk diantar ke mesjid dan akan dikenduri (dimakan bersama) sebagai sedekah. Dengan seringnya orang membawa kue apam ke mesjid akan menimbulkan rasa malu karena diketahui oleh masyarakat bahwa orang bersangkutan sering meninggalkan kewajiban salat jumat.
Selanjutnya Hurgronje (1985:250) mengemukakan pula versi yang berbeda mengenani latar belakang pelaksanaan kenduri apam ini .
Menurut kisah pernah ada seorang aceh yang ingin mengetahui nasib orang di dalam kubur, terutama tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh malaikat-malaikat kubur munkar Nakir dan hukuman-hukuman yang mereka jatuhkan, ia berpura-pura mati dan dikuburkan hidup-hidup. Segera ia diperiksa oleh malaikat mengenai agama dan amalnya, karena banyak kekurangan maka orang tersebut dipukul dengan pentungan besi. Tetapi pukulan tersebut tidak dapat mengenainya, sebab ada sesuatu yang tidak dapat dilihatnya dengan jelas dalam kegelapan dan mempunyai bentuk seperti bulan seolah-olah melindunginya dari pukulan. Ia berhasil keluar dari tempatnya yang sempit (kuburan) dan segera menemui anggota keluarganya dan terkejut melihatnya kembali. Ketika pengalaman ini diceritakan, diketahuilah bahwa yang menolongnya sewaktu dipukul di kubur bulat seperti bulan adalah kue apam yang sedang dibuat oleh keluarganya.
Di setiap rumah orang membuat kue apam (serabi) dari bahan tepung beras dan santan, berbentuk bulat dan dibawa sebagai kenduri ke mesjid dan meunasah. Sampai 100 kue apam ditumpuk diatas pinggan disertai sebauh mangkok seurawa (saus) yang terdiri dari santan, gula , dan telur dikocok.
Kue apam memiliki pengaruh baik terhadap nasib mereka yang meninggal. Sebab itu dapat dikatakan bahwa asal mualanya orang aceh membuat kue apam dan membaginya sebagai kenduri dalam bulan ke 7 dari tahun Hijrah, demi leluhur dan anggota keluarga mereka yang sudah meninggal. Selain itu kenduri apam juga dilaksankan dirumah pada hari ke 7 sesudah orang meninggal, juga kalau terjadi gempa bumi, karena gempa itu akan mengocok sisa-sisa mayat.
Uraian sebelumnya menerangkan bahwa untuk menghubungkan manusia dengan alam sekeliling mereka di luar rasionalitas yang dimiliki memerlukan unsur-unsur tertentu sebagai mediator. Pada kenduri apam mediatornya adalah kue apam yang disimbolkan dapat membuat seseorang terhindar dari hukuman atau denda, sekaligus sebagai sedekah kepada orang banyak. Simbol-simbol ini dapat menjadi benang penghubung antara manusia dengan kenyataan-kenyataan yang ada di luar dirinya. Geertz dalam Suparlan (1981:18) menyatakan,
Dalam upacara simbol berperan sebagai alat penghubung antara sesama manusia dan antara manusia dengan benda, dan juga sebagai alat penghubung antara dunia yang nyata dengan dunia yang gaib. Hal-hal atau unsur yang gaib berasal dari dunia gaib menjadi Nampak nyata dalam arena upacara berkat peranan dari berbagai symbol (baik yang suci maupaun yang biasa)..”
Dewasa ini kenduri apam telah jarang dilakukan oleh masyarakat aceh. Kalaupun dilakukan tidak lagi besar2 dan sederhana. Selain itu alasan dilakukannya kenduri apam ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya di wilayah NAD.
Referensi: Rusdi sufi dkk. 2002. Adat Istiadat Masyarakat Aceh. Dinas kebudayaan provinsi NAD.
waaaahh,,,
ternyata apam (serabi di sana) punya pengaruh luar biasa ya…
kalau di tempat saya mah ya cuma sekedar jajanan biasa saja.. 😀
Alhamdulillah… nambah lagi wawasan tentang Aceh lon Sayang… 🙂
Baru tau kalau ternyata Apam di Aceh itu Serabinya di Bandung. Lantas kalau Apem dari Bandung di Aceh apa ya kira-kira ???. Heheheheheee… unik nih menggali khasanah lintas budaya.
Tapi kalau latar belakang kendurinya, seperti lebih cocok dengan teori yang pertama ya jika dikaitkan dengan tradisi dan budaya Aceh yang selalu berlandaskan indahnya Syariah.
Nice, like it ! 🙂
sepertinya “Apem” nama lain dri “Apam” ya? Mari kita gali lagi dech 😀
V rasa juga gitu, pan semua tradisi dan adat istiadat di Aceh tidak pernah lepas dr pengaruh nilai Islam.
Maksh ya atas kunjungannya 😀
Begitulah mas, apalgi kalau puasa, sudah jadi menu buka yang wajib malah 😀
tp saya paling suka serabi yg tengahnya sudah ada gula merahnya.. 😀
I see,,,duh mas, jadi pengen ne,,palagi klo gula merahnya di-dinginin dulu,,hmm ma’nyus xixixi
Wis sudah, makan aja langsung! 😀 😀 😀
mari makan bareng,,nyumm 😀
mantrap…..pengen makan apam ni….hawa saya2..hehe
Nyan ka na jejak bg ceudah hahaha
selamat datang bg,,mari disantap kue apamnya,,walaupun hanya bisa dipandang via foto wkakaa
jadi pengen makan apam nya savie ….
mari kita cari di pasar hehehe
pajan teuma tapajoh apam 😀
tunggu undangan berikutnya 😀
bumi Aceh memang identik dengan syariat Islam….klo di kota2 besar seperti Jakarta…..boro2 yg 3 x…..yang setahun nggak sholat jum’at juga ‘cuek bebek’ aja 😦
btw kue apam atau surabi (di bogor) salah satu makanan favorit sy lho 😆
salam kenal ya….!
Ya begitulah,,,semua berpulang pada pribadi diri masing2….asal kita yang tau tetap taat melaksanakannya 😀
Salam kenal bens 🙂
Assalamualaikum.
sama di Riau juga ada kue Apam
Waalaikumsalam…iya pak..kue ini memang makanan khas Nusantara kita 🙂
Terimkasih sudah mampir
jadi tau, kenapa kue apam sering ditemui pada saat- saat acara kematian,, walaupun tidak ada contoh dari Rasulullah, tapi apamnya enak..🙂
hehehe…iya mungkin inilah tradisi dari leluhur,
asal kita dapat memilah yang sesuai ajaran agama saja 🙂
Kalau ditempatku itu namanya serabi, kalau kue apem : apam itu yang bentuknya kayak kue bolu
wah beda daerah beda sebutan ya mas…di Aceh serabi dan apam malah sama aja hehehe
owh baru tau juga klo apem = serabi yah..hmmmm^^
iya mas , semua tergantung daerah masing2 gmn sebutan na 🙂
Suka sekali baca tradisi kue apam ini Mbak..Jadi mengerti sedikit budaya aceh 🙂
Semoga bermanfaat ya..ayo main2 lagi kesini, biar makin ngenal Aceh heheheh..makasih mbak atas kunjunganna 🙂
wah serabi makanan cemilan enak ternyata punya makna nya ya 🙂
d(^o^)b – salam persahabatan
begitulah mas…setiap hal di Aceh punya cerita hehehe
salam persahabatn juga mas dr aceh 😀
wah, kayanya banyak yang menyangka apam itu serabi. padahal, setahu saya, dari segi rasa, apam lebih mirip dengan apem di jawa, manis ada asamnya dikit. sedangkan serabi biasanya gurih. cuma dari segi bentuk emamng mirip serabi.
btw, kalo sumbernya Hurgronje kok kayaknya agak mengkhawatirkan. kita tahu sendiri track record Hurgronje yang tidak baik. *eh, Hurgronje yang disebut di buku ini yang pura-pura masuk Islam, kan?*
btw, kuah duriannya manaaa? kalau di Blangpidie, biasanya apam disandingkan dengan kuah durian.
vi masih cari tau juga detail na tentang Hurgronje…
v belum sampek ke blang pidie ne hehehe jadi kuah durianna gaka da 😀
vie,bungkus 1 pkeq kuah santan ya,GPl,,,,hehe
hehe,gx pkeq durian leh uga vi,santan ada nangka’a dikit,,sedapp’a thu,,,,,,,
mantap that nyan peget hawa long
vii sebar’a dimn sich ni,jngn2 di aceh kayak’a yaa,kta’a msih dibekasi,,,ayoo
hahaha,,masih di bekasi hai,,napa kok tanya gitu?
hehe,kan tdi vi bilng lum nyampek ke blng pidie,,,
Salam Budaya Aceh….
Budaya “Kenduri” dan Budaya “Makanan Apam”………….
Budaya kenduri menjadi kekuataan tersendiri dlm realitas sosial bermasyarakat di Aceh…rakyat Aceh menilai “Silahturahmi” mnjdi nilai dominan dalam pelaksanaan kenduri.
Efek dari kenduri tsb…muncullah sgla makanan yaitu:Kuah Belange,Apam,dll…..
Lonpun baru tahu historis munculnya tradisi Apam tsb…dari cerita Bahari rakyat Aceh di atas, ini input sndri bagi lon…..
Walaupun Gusti bukan ureung Aceh, tapi Gusti suka “Kearifan Lokal Aceh”…..yg identik dgn Islam dan Ke-Islaman…yg sungguh HEBATNYA!!KEARIFAN LOKAL ACEH,walaupun identim dgn religi Islam tapi fanatisme…tdk dominan…..padahal ACEH itu KOSMOPOLITAN.
utk Evi mengenai Snouck Hurgronje…mgkn nnt Gusti bahas diforum yg berbeda….kita saling sharring,Gusti kasih info mengenai sepak terjunnya dlm politik praktis abad 19 d Aceh…dan Evi mgkn budayanya,hehe….trmksh.
hohoho..baiklah daeng,,,v tunggu pembahasannya 🙂
tapi sebenarnya dari ini cara dia menjajah lagi INDONESIA terutama aceh dengan mempelajari kebudayaan kita kemudian diubahnya pahamnya